Entradas populares

Tempat pembuangan emosi

Kita sudah terbiasa mendengar istilah tempat pembuangan sampah, tapi kalo pembuangan emosi? Masih jarang ya? It's mean tempat curhat tp konteksnya ga peduli perasaan dan keadaan orang yang kita ajak curhat. Yaps egois. Membuang sampah aja kita dikenakan biaya karen memerlukan space untuk mengurai sampahnya, memilih sampah organik dan anorganik, bahkan untuk biaya para pekerja  atau pengepul sampah. Lantas bagaimana dengan orang yang membuang emosi? 

Manusia memang tidak bisa hidup sendiri, memerlukan orang lain untuk share kehidupan. Meskipun demikian, ada rule yang harus dipegang oleh setiap orang supaya hubungan baik antar manusia itu tidak mudah patah. Dua diantaranya adalah empati dan tidak egois. Empati dan egois memiliki keterikatan yang kuat, dimana kedua sikap tersebut membawa kita menjadi orang yang bijaksana. 

Bijaksana adalah dampak dari sifat yang muncul ketika kita mampu mengendalikan diri. Sekiranya kita sudah terlalu offside curhat ke orang lain maka sudahi, jangan gaspol hanya karna ia mendengarkanmu. Jangan kamu manfaatkan kebaikan temanmu untuk mendengarkan cerita yang sebenarnya sudah membuat temanmu muak. Terlebih ketika temanmu sudah memberikan tanda untuk stop, atau bahkan temenmu sudah bilang terang²an tidak ingin ikut campur. Yuk peka yuk.. 

Hubungan baik yang awalnya tercipta dapat hancur ketika tidak ada empati di dalamnya. Maunya di dengar terus menerus tanpa ada rasa bersalah. Wah mana ada manusia yang sanggup. Jangan egois. Jikapun kamu merasa tidak egois atas tindakanmu maka sudah dapat dipastikan temanmu lah yang akan undur diri. Dya akan tetap baik, dya akan tetap ada buat kamu, namun bukan jiwanya, hanya fisiknya. 

Menjadi tempat pembuangan emosi itu melelahkan. Terlebih jika cerita itu seputaran lingkaran setan yang ga bisa di urai, atau lebih tepatnya tidak mau mengurai. Sadar yuk lawan bicaramu juga punya hidup yang sedang diperjuangkan lho, jangan sampai kamu jadi penghambat hidup orang lain, penambah beban hidup orang lain, dan membuat orang lain muak dengan kelakuanmu. 

Ilustrasinya adalah sebuah baskom untuk menampung sampah emosimu. Disela² hidupnya yang ga mudah, ia terus menerus dijejali oleh sampah² emosimu, saat baskom masih kosong, masih ok. Lantas kalo baskomnya sudah penuh? Sampahnya bagaimana? Tentu akan menganggu kan, bakal berceceran kemana², mengganggu ketenangan hidup temanmu, membuat muak emosi temanmu, dan yang jelas akan mengancam hubungan baik itu. Yuk normalisasi untuk bertanggung jawab atas hidup kita masing². Setiap tindakan pasti ada resiko, setiap pilihan pasti ada konsekuensi. Yuk hiduplah sedewasa umur yang sudah kita miliki. 

Ketika kamu hanya dianggap audien bukan teman

Dari judul yang ada terlihat ada  sesuatu yang mengganjal kan ya? Apa hubungan antara audien dan teman?.  Ada tipe karakter yang hobi membuang emosi apapun ke temannya sekaligus hobi pula memamerkan pencapaiannya ke orang yang sama. 

Diterima bukan berarti seenaknya

Ketika kamu diterima oleh temanmu, segala macam emosimu diterima oleh temanmu bukan berarti kamu boleh memperlakukan dya seenaknya. Dya hanya manusia biasa, mungkin saat ini masih stay sama kamu namun bukan berarti akan selamanya. Manusia pada umumnya punya limit, bisa jadi bertahannya dya saat ini adalah proses penyusunan strategi untuk undur diri dari hidupmu secara perlahan. Jangan terlalu percaya diri bahwa dya akan menemanimu selamanya. 


Maunya dimengerti, tapi lupa situasi

Hidup manusia itu ber-layer, dan ga ada manusia yang ga ada masalah. Nah ketika kamu datang di hidup orang lain, mengganggunya dengan bercerita ini itu dan ditanggapi oleh temanmu secara baik, yuk plis jangan terus²an merasa nyaman atau menutup mata bahwa kamu itu sudah mengganggu waktunya. Kamu sudah mengurangi jam istirahatnya. Kamu sudah menyita ketenangannya. Boleh curhat tapi jangan berlebihan. Kamu yang punya masalah tapi temenmu harus memahami masalahmu. Jangan egois yaaa, mau sampai kapan seperti ini? 


Niatnya berbagi kabar, tapi lupa temannya punya hati

Ketika temanmu memiliki karakter tidak iri, happy if you happy bukan berarti kamu seenaknya bisa pamer pencapaian. Buat apa sih? Udah lah ga perlu validasi dari temenmu kok,  kamu itu udah keren, pinter, menawan. Fix cukup ya. Jangan sampai niatnya mau berbagi kebahagiaan tapi malah menyinggung perasaan temanmu. Ga nyinggung gimana, temenmu baru kekurangan uang, kamu secara langsung memameekan kehedonananmu. Temenmu baru susah makan, kamunya buang² makanan. Ga selalu orang stabil dalam kondisi baik lho.. 


Jika dilakukan secara terus menerus maka cepat atau lambat temanmu itu akan meninggalkanmu. Egomu sungguh tinggi, empatimu berasa ga ada karna kamu hanya ingin dimengerti. Susahnya pingin ditemeni, pencapaiannya pingin di validasi. Mana ada orang yang kuat? Jangan sampai, ketika temenmu memilih meninggalkanmu karena sudah muak lantas kamu playing victim ya, atas nama temenmu iri, temenmu berubah, maupun temenmu ga seasik dulu. Yuk koreksi diri dan hargai keputusan temanmu itu. Cari saja teman lain yang lebih baik dari temanmu itu, jika kamu menemukan maka kamu beruntung, begitu juga sebaliknya. Hargai keberadaannya selagi ada, ada bukan berarti selamanya, selamanya untuk menerima segala perlakuan yang kamu berikan padanya. 

Diri sendiri, first

Hai diri yang ada di depan cermin. Gimana hatimu? Gimana perasaanmu? Gimana keadaanmu? Ga selalu harus good kok. Hebat ya kamu, kamu masih mencoba bertahan sekuat tenaga setelah sekian lamanya ingin memberikan ketegasan pada diri untuk bersikap. Bukan karna kamu orang jahat, namun kamu harus melakukan itu untuk kebaikan dirimu sendiri. Sudah banyak cerita, air mata, nasihat, bahkan kesabaran yang kamu berikan dan semuanya itu zero. Ya, kamu selama ini denial alias terjebak pada paradigma " Dya pernah menolongku, dya baik sama aku". Bwoleeh kamu berfikir seperti itu, it's mean kamu orang yang tau diri, tau terima kasih. Hanya saja kasus ini beda. Kamu didatangi hanya ketika butuh saja. Telpon berdering ya hanya karna pingin curhat saja kan. Yuk resapi baik² pernyataanku ini dan stop untuk denial. 

Pertama, manusia pada dasarnya itu egois dan memiliki kepentingan. Hanya saja kita juga harus menggunakan logika, jangan sampai atas nama membalas kebaikan malah kamunya yang susah payah. Okelah kamu suka mendengarkan curhat orang lain, bukan berarti kamu boleh diperlakukan seenaknya dong datang pas butuh aja. Kedua, semua manusia itu semua sibuk, ga ada satupun yang luang. Ketika kamu dengan kesibukanmupun masih merespon curhat dya yang penuh dengan drama maka kamu itu sudah diatas rata-rat baiknya. Nah dalam hal ini letak kesalahanmu adalah menganggap dya akan sama ke kamu. Nyatanya enggak kan, walo dya sudah baca chat kamu tapi seringnya slow respon dan kadang lupa balas pesanmu kan, come on jangan denial, tau kan kamu harus apa?

Ketiga, kamu harus sadar bahwa kamu ga harus bertanggung jawab atas kebahagiaan orang lain kok. Misalpun kamu ga merespon curhatan dya pun ga masalah, kamu ga salah, kamu ga dosa. Terlebih jika backgroundnya seperti ini. Tolong-lah perhatikan dirimu sendiri sekarang. Apa iya kamu akan bertahan terus menerus dengan orang yang egois. Yuk sayangi dirimu sendiri. Kamu ga lupa kan kalo kamu tu punya banyak teman baik. Yuk fokus sama orang yang memang bener-bener tulus sama kamu, skip orang-orang yang nguras energi baikmu. Hidup mereka bukan tanggung jawab kita. Oke...

Keempat, udah ga jaman kali menyeret orang lain masuk dalam drama kehidupan yang kita miliki. Yuk perbesar empati supaya kita jadi orang yang tau diri. Hidup kita ya tanggung jawab kita. Apa iya kita akan merepotkan hidup mereka terus menerus? Memang kita tidak dapat hidup sendiri, tapi kita juga harus kontrol diri supaya tidak menjadi orang yang nyebelin alias too much. Bisa jadi kan mereka itu punya masalah besar yang melebihi masalah yang kita punya tapi mereka silent tak seberisik kita. Yuk pertebal empati, bukan egoisnya.


It's oke jika kamu marah diperlakukan seperti ini, ga papa jika kamu merasa eneg dan ingin muntah, dan boleh sekali jika kamu ingin menepi. Yuk jadi orang baik versi bare minimum aja. Orang yang happy melihat temannya happy, saling suport, dan tidak ada iri dengki. Sudah saatnya kamu berkaca dari hal yang kamu alami sekian lama ini untuk mengutamakan kebahagiaan diri sendiri. Yang terjadi jadikan pengalaman untuk pijakan lebih bijak ya, Plis pinter yuk pinter.. 

Evolusi diri

Sejak dari waktu muda memang sering dijadikan tempat curhat oleh orang². Ada rasa happy karna bisa bermanfaat, ngasih masukan, atau setidaknya membantu yang bersangkutan mengeluarkan uneg². Di umur yang sudah banyak ini, pengalaman jadi tempat curhat itu sangat beragam dan kompleks. Tapi akhir² ini baru ngalami rasa yang tidak bisa digambarkan dengan kata². Biasanya sih kalo ada yang curhat ya udah B aja, tapi entah mengapa saat ini, ketika ada yang curhat tentang topik yang sama dan berlawanan dengan value diri maka yang ada lelah, capek, energi hilang, pingin ngumpat, dan muak. 

Pernah suatu hari cerita ke temen tentang keadaan ini, dan jawaban sederhananya adalah "kita tidak bisa memaksakan value orang sama dengan value yang kita junjung". Kata dya, dalam kasus ini wajar jika eneg se-eneg-nya karena yang tejadi adalah hal yang tidak seharusnya. Namun dari keadaan yang parah itu, patut kamu syukuri hal tersebut bukan kamu yang ngalamin, "pungkasnya". 

Beragam cara udah dicoba supaya berhenti ngomongin topik yang sama secara berulang. Susah sekali untuk pura² happy mengingat value-nya berbeda jauhnya. Singkat kata keadaan pahit itu membawa ke dalam fase evolusi diri. Membatasi menjadi tempat sampah pembuangan emosi, membatasi hal yang tidak penting untuk di dengar, mengurangi berinteraksi yang akan menyerap energi positif kita, memperdalam value diri, dan menerapkan batasan yang jelas. 

Dampak evolusi diri akan terlihat menjadi pribadi yang berbeda, but it's better than before. Lebih baik menyelamatkan mental dan lebih mencintai diri sendiri daripada menjadi badut bagi kehidupan orang lain. Tentu, ia akan seneng uneg²-nya tersalurkan, namun bagaimana dengan lawannya? Sudah cukup menjadi tempat pembuagan emosi, kini saatnya menjadi manusia yang lebih menyayangi diri sendiri. Biarlah ia bertanggung jawab terhadap pilihannya. Kebahagiaan dan kesedihan hidup seseorang bukan tanggung jawab kita. So, fokus pada diri sendiri saja, bahagiakan diri, dan batasi mengurusi yang bukan urusan kita. 
*Salam sehat jiwa raga

Salahkah terlalu baik?

Ada di sebuah obrolan di sore itu antara dua sahabat lama:

A: kenapa ya orang itu egois, maunya didengar, maunya dingertiin teroos. Pas lagi sedih pinginnya didengar, pas lagi galau pinginnya divalidasi perasaannya. 

B: ada kejadian apa? 

A: giliran udah direspon dengan baik, tapi pas aku gantian mau curhat malah dya asik main Hp. Padahal setiap orang punya kesibukan lho, ini masih menyempatkan untuk mendengarkan curhatannya. Dan ini terjadi berkali -kali bahkan memang habitnya. 

B: ga setara itu pertemanannya,.. 

A: belum lagi kalo pas chat, ketika dya butuh aja chat panjang. Kitanya berusaha merespon walo mata sudah ngantuk, mikirnya sih ada temen yang membutuhkan bantuan, eh giliran kitanya yang gantian chat dya nya ga bales padahal aslinya udah dibaca, centang birunya kan dimatikan. Padahal namanya manusia itu smua sibuk, tp ketika udah di sempetin² eh balasannya sering begitu, repeat lagi. 

B: makanya jadi orang jangan terlalu baik sama orang, baiklah sama diri sendiri saja dibanyakin.. 

A: ya mikirnya ada orang chat dengan asumsi membutuhkan komen dariku jadi ya aku balas, siapa tau jadi solusi. Tapi tipe orang beda² itu,  ada yang ketika urusannya sudah terjawab maka ga peduli temannya chat apa lagi

B:padahal setiap manusia itu punya kesibukan ya, at least bisa memilih tidur daripada harus merespon curhatan orang kan ya,  ga bisa menghargai effort orang lain itu berarti, egoisnya tinggi. 

A: aku udah pernah berusaha mirroring lho atas kelakuannya, tapi ga bisa, merasa bukan aku gitu cuek sama chat orang. Kayak ngrasa orang jumawa gitu lho yang tak rasain tu, semacam orang sok sibuk ga sempat buka hape. 

B: ya kamu berbeda sama dya, value mu berbeda sama dya juga. Lagi² kamu orang baik, terlalu baik sama orang.Sekarang hargai apa yang menghargaimu. Pertahankan pertemanan yang worth it untuk diperjuangkan. Bijaksanalah dalam berteman. Jika sudah terlanjur hubungan baik, ya udah yang kemarin buat pelajaran supaya lebih bijak lagi. 


Nyatanya berbuat baik secara berlebihan ga baik ya, walo kadang itu bentuk reflek kita sebagai manusia. Ingat manusia jaman sekarang itu banyak yang ga bisa menghargai manusia yang lain, seringnya ego mereka yang ada di depan. Seringnya selagi menguntungkan gasss gitu. Tapi ga papa, jangan menyesal menjadi orang baik, pertahankan namun bijaklah dalam berteman. Jika perbuatanmu tidak lagi ada harganya dimatanya, maka balik badan dan pulanglah. Dya bukan teman tulusmu. Tidak usah denial, us our logic and heart to understand this situation. Be wise plis.. 

Over reaktif

Tidak semua hal harus direspon dengan over reaktif. Lapar ya makan, ngantuk ya tidur, gagal coba lagi. Hidup sebenarnya sesimpel hal tersebut. Tidak selalu bagian hidup membutuhkan drama. Tidak semua hal butuh atensi publik. Life is simple, manusianya aja yang hobi bikin ribet. 

Dampak over reaktif itu bikin sekitar salah paham dan membuat hal bikin runyam alias gagal fokus terhadap permasalahan yang sebenarnya sesimpel itu. Kadang over reaktif terjadi karena keadaannya baru diselimuti emosi dan jiwanya tidak stabil. Atau bahasa sederhananya kitanya yang kurang sabar dalam memandang setiap kejadian. Sabaaaar lebih luas yuuuk.. 

Hargai kehadiran temanmu

Kalau kamu diterima baik sama temenmu, semua cerita dan curhatmu ditanggapi dengan seksama, kesedihanmu direspon dengan segala empatinya maka hargai dya, bukan malah kamu balas dengan asik chatingan sama orang lain. Ketika dya sudah meluangkan waktu untuk mendengarkan curhat yang baginya itu-itu saja, curhat yang baginya hal remeh, curhat yang baginya menyebalkan, curhat yang berlawanan dengan value dirinya tapi dya masih meresponmu dengan baik maka kamu wajib sadar diri. 

Semua orang ada batasannya lho, benar kalo ada istilah people come and go. Jangan sampai orang go dari hidupmu karena kamu itu egois, hanya ingin didengar dan tidak mau gantian mendengarkan. Jangan hanya kamu merasa bukan pendengar yang baik lantas ketika dya cerita maka kamu asik ketawa cengar cengir karena habis membaca chat dari seseorang. 

Kemampuan orang untuk mendengarkan curhat dan keluhan orang lain itu beragam, jika kamu dengan segala sikapmu itu tapi temanmu masih stay, maka kamu janganlah terlalu percaya diri. Dya hanya mencari moment untuk meninggalkan pertemanan yang tidak bisa menghargainya saja. Mencari  teman tulus itu sulitnya bukan main, jadi hargai jika kamu sudah menemukannya. Sederhananya, jika kamu tak mampu menghargai maka sama dengan kamu sengaja membukakan pintu untuk keluar dari hidupmu. 

Buscar

 
Healthy Happy and Wealthy Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger