Ketika masalah sulit terurai dan menjadi beban berat yang membuat lelah diri sendiri maka mengadu ke psikolog adalah pilihan bijak. Kita boleh curhat sama temen, tapi jangan egois ya, alih² dy good listener kitanya egois ga tau waktu, ga tau diri bahkan lebih ke ga peduli lawan bicara sedang kelelahan. Plis jadilah teman yang tidak menyusahkan ya..
Ada beberapa hal menarik yang disampaikan psikolog malam itu, diantaranya:
Setiap orang punya sampah emosi
Ketika temanmu cerita bertahun² dengan cerita yang sama, susah dinasehati, dan berlawanan dengan logika maka yang ada hanyalah kelelahan. Kita pribadi punya sampah emosi, pun sama dengan teman kita. Akan beda lagi, kalo temen kita juga mampu imbang, menampung sampah emosi kita. Namun jika yang terjadi sebaliknya dya hanya nyampah dan tidak fair alias tidak imbang maka yang ada capek sendirian, lelah, dan muak.
Hidup dya bukan tanggung jawab kita
Sebagai teman yang baik kita pasti tergerak hati untuk menasehati dengan segala macam cara untuk menyadarkan teman kita untuk segera mengakhiri dari hubungan yang tidak sehat. Bukan bermaksud untuk ikut campur cuma secara logika aja hubungan itu salah dan fatal. Namun segala cara dan upaya berujung zero hingga yang ada kitanya perang batin dan logika. Secapek itu karna kitanya jadi lelah, ga ketemu orang itu aja kita lelah apalagi kalo ketemu. Ia yang selalu bangga dengan update-an kisahnya sedangkan bagi kita enggak banget alias iyuh. Repeat dan kita jadi kelelahan. Ga enak sekali posisi ini karna ini bukan urusan kita tapi masuk ke pikiran kita. Ada orang yang jika dijadikan tempat cerita itu mendengarkan seksama dan berempati, namun kali ini tidak tepat karna salah orang. Sekali lagi, ketika kita sudah menasehati dari kode, cara halus, setengah halus, sarkas hingga keras tapi ybs masih aja bercerita fix lepaskan. Tugas kita sudah selesai. Biarkan ia bertanggung jawab dengan pilihannya.
Pertemanan yang sudah tidak sehat
Ketika dulu ia yang kita kenal adalah orang baik, namun diperjalanan kok banyak hal yang baru kita ketahui maka sadarilah kita hanya belum kenal. Aslinya orang itu ya seperti saat ini. Dulu baru mengenal luarannya, sekarang udah tau aslinya. Kata psikolog, pertemanan yang sehat itu ketika mampu saling menghargai. Namun ketika kita sudah bilang capek ga mau denger curhatnya namun dya masih melanggar maka itu sudah masuk kategori pertemanan yang sudah tidak sehat. Apalagi, ada indikasi ia datang hanya karena butuh, ia tau kita orang yang selalu ada buatnya maka ia semaunya datang dan pergi. Plis pertimbangkan masak² apakah yakin akan bisa bertahan dengan tipe teman seperti itu?
Utamakan kesehatan mental
Ketika kita sudah sadar dan paham bahwa pertemanan sudah tidak sehat, tidak seimbang, dan hanya menjadi beban maka ambil keputusan dan bertanggungjawablah dengan segala konsekuensinya. Mari setting awal, jadilah temna yang baik, ya sebatas baik saja tidak perlu selalu ada. Nyatanya tidak semua orang pantas buat kita kasih kebaikan dan waktu kita. Jadi ketika kita sudah kelelahan menghadapi kelakuan teman kita maka utamakan kesehatan mental. Jangan sampai kita hancur sendiri. Biarkanlah mereka bertanggung jawab dengan hidup mereka. Sudah waktunya kita memikirkan hidup kita dan menyeleksi lagi siapa yang memang pantas mendapatkan waktu, tenaga, dan pikiran kita.
Mari lebih mencintai diri sendiri, sudah waktunya mengutamakan diri sendiri, dan sudah seharusnya fokus terhadap diri sendiri. Jangan gantungkan apapun kepada orang lain karena berujung kekecewaan, gantungkanlah doa sebauanyak apapun padaNya, kelak satu per satu akan diijabah olehNya diwaktu tertepat dan terbaikNya. Semangat..
0 comments:
Post a Comment