Entradas populares

Diri sendiri, first

Hai diri yang ada di depan cermin. Gimana hatimu? Gimana perasaanmu? Gimana keadaanmu? Ga selalu harus good kok. Hebat ya kamu, kamu masih mencoba bertahan sekuat tenaga setelah sekian lamanya ingin memberikan ketegasan pada diri untuk bersikap. Bukan karna kamu orang jahat, namun kamu harus melakukan itu untuk kebaikan dirimu sendiri. Sudah banyak cerita, air mata, nasihat, bahkan kesabaran yang kamu berikan dan semuanya itu zero. Ya, kamu selama ini denial alias terjebak pada paradigma " Dya pernah menolongku, dya baik sama aku". Bwoleeh kamu berfikir seperti itu, it's mean kamu orang yang tau diri, tau terima kasih. Hanya saja kasus ini beda. Kamu didatangi hanya ketika butuh saja. Telpon berdering ya hanya karna pingin curhat saja kan. Yuk resapi baik² pernyataanku ini dan stop untuk denial. 

Pertama, manusia pada dasarnya itu egois dan memiliki kepentingan. Hanya saja kita juga harus menggunakan logika, jangan sampai atas nama membalas kebaikan malah kamunya yang susah payah. Okelah kamu suka mendengarkan curhat orang lain, bukan berarti kamu boleh diperlakukan seenaknya dong datang pas butuh aja. Kedua, semua manusia itu semua sibuk, ga ada satupun yang luang. Ketika kamu dengan kesibukanmupun masih merespon curhat dya yang penuh dengan drama maka kamu itu sudah diatas rata-rat baiknya. Nah dalam hal ini letak kesalahanmu adalah menganggap dya akan sama ke kamu. Nyatanya enggak kan, walo dya sudah baca chat kamu tapi seringnya slow respon dan kadang lupa balas pesanmu kan, come on jangan denial, tau kan kamu harus apa?

Ketiga, kamu harus sadar bahwa kamu ga harus bertanggung jawab atas kebahagiaan orang lain kok. Misalpun kamu ga merespon curhatan dya pun ga masalah, kamu ga salah, kamu ga dosa. Terlebih jika backgroundnya seperti ini. Tolong-lah perhatikan dirimu sendiri sekarang. Apa iya kamu akan bertahan terus menerus dengan orang yang egois. Yuk sayangi dirimu sendiri. Kamu ga lupa kan kalo kamu tu punya banyak teman baik. Yuk fokus sama orang yang memang bener-bener tulus sama kamu, skip orang-orang yang nguras energi baikmu. Hidup mereka bukan tanggung jawab kita. Oke...

Keempat, udah ga jaman kali menyeret orang lain masuk dalam drama kehidupan yang kita miliki. Yuk perbesar empati supaya kita jadi orang yang tau diri. Hidup kita ya tanggung jawab kita. Apa iya kita akan merepotkan hidup mereka terus menerus? Memang kita tidak dapat hidup sendiri, tapi kita juga harus kontrol diri supaya tidak menjadi orang yang nyebelin alias too much. Bisa jadi kan mereka itu punya masalah besar yang melebihi masalah yang kita punya tapi mereka silent tak seberisik kita. Yuk pertebal empati, bukan egoisnya.


It's oke jika kamu marah diperlakukan seperti ini, ga papa jika kamu merasa eneg dan ingin muntah, dan boleh sekali jika kamu ingin menepi. Yuk jadi orang baik versi bare minimum aja. Orang yang happy melihat temannya happy, saling suport, dan tidak ada iri dengki. Sudah saatnya kamu berkaca dari hal yang kamu alami sekian lama ini untuk mengutamakan kebahagiaan diri sendiri. Yang terjadi jadikan pengalaman untuk pijakan lebih bijak ya, Plis pinter yuk pinter.. 

Evolusi diri

Sejak dari waktu muda memang sering dijadikan tempat curhat oleh orang². Ada rasa happy karna bisa bermanfaat, ngasih masukan, atau setidaknya membantu yang bersangkutan mengeluarkan uneg². Di umur yang sudah banyak ini, pengalaman jadi tempat curhat itu sangat beragam dan kompleks. Tapi akhir² ini baru ngalami rasa yang tidak bisa digambarkan dengan kata². Biasanya sih kalo ada yang curhat ya udah B aja, tapi entah mengapa saat ini, ketika ada yang curhat tentang topik yang sama dan berlawanan dengan value diri maka yang ada lelah, capek, energi hilang, pingin ngumpat, dan muak. 

Pernah suatu hari cerita ke temen tentang keadaan ini, dan jawaban sederhananya adalah "kita tidak bisa memaksakan value orang sama dengan value yang kita junjung". Kata dya, dalam kasus ini wajar jika eneg se-eneg-nya karena yang tejadi adalah hal yang tidak seharusnya. Namun dari keadaan yang parah itu, patut kamu syukuri hal tersebut bukan kamu yang ngalamin, "pungkasnya". 

Beragam cara udah dicoba supaya berhenti ngomongin topik yang sama secara berulang. Susah sekali untuk pura² happy mengingat value-nya berbeda jauhnya. Singkat kata keadaan pahit itu membawa ke dalam fase evolusi diri. Membatasi menjadi tempat sampah pembuangan emosi, membatasi hal yang tidak penting untuk di dengar, mengurangi berinteraksi yang akan menyerap energi positif kita, memperdalam value diri, dan menerapkan batasan yang jelas. 

Dampak evolusi diri akan terlihat menjadi pribadi yang berbeda, but it's better than before. Lebih baik menyelamatkan mental dan lebih mencintai diri sendiri daripada menjadi badut bagi kehidupan orang lain. Tentu, ia akan seneng uneg²-nya tersalurkan, namun bagaimana dengan lawannya? Sudah cukup menjadi tempat pembuagan emosi, kini saatnya menjadi manusia yang lebih menyayangi diri sendiri. Biarlah ia bertanggung jawab terhadap pilihannya. Kebahagiaan dan kesedihan hidup seseorang bukan tanggung jawab kita. So, fokus pada diri sendiri saja, bahagiakan diri, dan batasi mengurusi yang bukan urusan kita. 
*Salam sehat jiwa raga

Salahkah terlalu baik?

Ada di sebuah obrolan di sore itu antara dua sahabat lama:

A: kenapa ya orang itu egois, maunya didengar, maunya dingertiin teroos. Pas lagi sedih pinginnya didengar, pas lagi galau pinginnya divalidasi perasaannya. 

B: ada kejadian apa? 

A: giliran udah direspon dengan baik, tapi pas aku gantian mau curhat malah dya asik main Hp. Padahal setiap orang punya kesibukan lho, ini masih menyempatkan untuk mendengarkan curhatannya. Dan ini terjadi berkali -kali bahkan memang habitnya. 

B: ga setara itu pertemanannya,.. 

A: belum lagi kalo pas chat, ketika dya butuh aja chat panjang. Kitanya berusaha merespon walo mata sudah ngantuk, mikirnya sih ada temen yang membutuhkan bantuan, eh giliran kitanya yang gantian chat dya nya ga bales padahal aslinya udah dibaca, centang birunya kan dimatikan. Padahal namanya manusia itu smua sibuk, tp ketika udah di sempetin² eh balasannya sering begitu, repeat lagi. 

B: makanya jadi orang jangan terlalu baik sama orang, baiklah sama diri sendiri saja dibanyakin.. 

A: ya mikirnya ada orang chat dengan asumsi membutuhkan komen dariku jadi ya aku balas, siapa tau jadi solusi. Tapi tipe orang beda² itu,  ada yang ketika urusannya sudah terjawab maka ga peduli temannya chat apa lagi

B:padahal setiap manusia itu punya kesibukan ya, at least bisa memilih tidur daripada harus merespon curhatan orang kan ya,  ga bisa menghargai effort orang lain itu berarti, egoisnya tinggi. 

A: aku udah pernah berusaha mirroring lho atas kelakuannya, tapi ga bisa, merasa bukan aku gitu cuek sama chat orang. Kayak ngrasa orang jumawa gitu lho yang tak rasain tu, semacam orang sok sibuk ga sempat buka hape. 

B: ya kamu berbeda sama dya, value mu berbeda sama dya juga. Lagi² kamu orang baik, terlalu baik sama orang.Sekarang hargai apa yang menghargaimu. Pertahankan pertemanan yang worth it untuk diperjuangkan. Bijaksanalah dalam berteman. Jika sudah terlanjur hubungan baik, ya udah yang kemarin buat pelajaran supaya lebih bijak lagi. 


Nyatanya berbuat baik secara berlebihan ga baik ya, walo kadang itu bentuk reflek kita sebagai manusia. Ingat manusia jaman sekarang itu banyak yang ga bisa menghargai manusia yang lain, seringnya ego mereka yang ada di depan. Seringnya selagi menguntungkan gasss gitu. Tapi ga papa, jangan menyesal menjadi orang baik, pertahankan namun bijaklah dalam berteman. Jika perbuatanmu tidak lagi ada harganya dimatanya, maka balik badan dan pulanglah. Dya bukan teman tulusmu. Tidak usah denial, us our logic and heart to understand this situation. Be wise plis.. 

Over reaktif

Tidak semua hal harus direspon dengan over reaktif. Lapar ya makan, ngantuk ya tidur, gagal coba lagi. Hidup sebenarnya sesimpel hal tersebut. Tidak selalu bagian hidup membutuhkan drama. Tidak semua hal butuh atensi publik. Life is simple, manusianya aja yang hobi bikin ribet. 

Dampak over reaktif itu bikin sekitar salah paham dan membuat hal bikin runyam alias gagal fokus terhadap permasalahan yang sebenarnya sesimpel itu. Kadang over reaktif terjadi karena keadaannya baru diselimuti emosi dan jiwanya tidak stabil. Atau bahasa sederhananya kitanya yang kurang sabar dalam memandang setiap kejadian. Sabaaaar lebih luas yuuuk.. 

Hargai kehadiran temanmu

Kalau kamu diterima baik sama temenmu, semua cerita dan curhatmu ditanggapi dengan seksama, kesedihanmu direspon dengan segala empatinya maka hargai dya, bukan malah kamu balas dengan asik chatingan sama orang lain. Ketika dya sudah meluangkan waktu untuk mendengarkan curhat yang baginya itu-itu saja, curhat yang baginya hal remeh, curhat yang baginya menyebalkan, curhat yang berlawanan dengan value dirinya tapi dya masih meresponmu dengan baik maka kamu wajib sadar diri. 

Semua orang ada batasannya lho, benar kalo ada istilah people come and go. Jangan sampai orang go dari hidupmu karena kamu itu egois, hanya ingin didengar dan tidak mau gantian mendengarkan. Jangan hanya kamu merasa bukan pendengar yang baik lantas ketika dya cerita maka kamu asik ketawa cengar cengir karena habis membaca chat dari seseorang. 

Kemampuan orang untuk mendengarkan curhat dan keluhan orang lain itu beragam, jika kamu dengan segala sikapmu itu tapi temanmu masih stay, maka kamu janganlah terlalu percaya diri. Dya hanya mencari moment untuk meninggalkan pertemanan yang tidak bisa menghargainya saja. Mencari  teman tulus itu sulitnya bukan main, jadi hargai jika kamu sudah menemukannya. Sederhananya, jika kamu tak mampu menghargai maka sama dengan kamu sengaja membukakan pintu untuk keluar dari hidupmu. 

Ga usah berekspektasi apapun

Ga ada orang yang tulus kecuali diri sendiri. Stop "bergantung" sama orang lain. Mereka punya urusan dan kepentingan masing². Jika ia peduli sama kamu akan badai yang sedang kamu jalani, alhamdulilah. Sebaliknya, jika dya tidak bisa gantian menopang mu dikala kamu lemah sedangkan kamu sudah effort di hidupnya maka itu tandanya apa? Ya tanda kamu harus tau diri dan sadar diri. Orang dekat denganmu itu karna ada maksud. Jangan denial. Ga ada orang yang tulus. Jika adapun susah menemukan orang tesebut.


Come on bangun dari tidur panjangmu, sudahi ekspektasimu terhadap orang lain yang suatu hari akan membantumu saat kamu lemah. Jika kamu niat baik, do and forget it. Kerjakan dan segera lupakan bantuanmu itu.


Orang baik tau caranya berterima kasih. Sesibuk apapun dya akan ada "omongan" semisal tidak bisa membalas pesanmu segera. Jika kamu cerita panjang atas apa yang sedang kamu resahkan dan hanya dibaca saja tanpa di balas, yuk sadar itu bukan temanmu. 


Temanmu sejati ya diri sendiri. Jika esok pagi dya datang curhat dan meminta bantuanmu lagi, jika kamu mau bantu ya monggo bantu saja. Jika tidak ingin bantu maka kamupun tidak berdosa. Hak kamu.


Yuk hilangkan sgala ekspektasi terhadap respon orang lain. Hilangkan sama sekali. Ingat value orang beda² kan ya, jangan sampai kita kecewa karna ekspektasi. Walo ga mudah, mari kita coba untuk tidak berekspektasi apapun kepada siapapun supaya tidak kecewa. 


Biarkan mereka dengan value mereka, dan kita dengan value kita. Sebatas hubungan baik saja. Cukup. Sangat cukup. 

Carilah tempat dimana kamu dihargai

Di dunia yang tidak abadi ini, mencari orang yang secara lahir batin tulus itu sulit. Terlebih di era serba kompetisi seperti hari ini. Kebanyakan orang ingin berlomba² menjadi si paling. Eksistensi sangat dipuja dan diagung²kan. Validasi diperlukan dimana² untuk menunjukkan ini loh aku.. 

Fenomena di atas tidak dapat dipungkiri, namun tidak semua orang gila akan pengakuan. Masih ada yang sengaja ingin slow living, menikmati setiap helaan nafas dengan penuh kesyukuran. Menjalani ritme hidup dengan kelapangan. Memang orang macan ini tidak famous, tidak terpandang, dan terlihat tidak punya teman. 

Bagi orang yang hidupnya private, ia lebih menikmati kualitas. Ia tipikal orang yang memaknai setiap moment secara mindfulness. Ia akan hadir dalam setiap momen. Sebagai contoh, temannya curhat ada masalah dengan rekan kerjanya, ia dengan segala kesadaran hadir menjadi pendengar yang baik, memberikan sudut pandang yang berbeda, dan dengan pikiran luasnya ia memvalidasi perasaan temannya tersebut. Sehingga yang dirasakan temannya itu ringan setelah curhat dengannya. 

Jika kamu sudah menemukan orang tipe seperti ini di hidupmu, ketahuilah privilage jalur teman sudah kamu dapatkan. Jaga pertemanan baik². Bukan hanya karena dya mau dan mampu mendengarkan curhatmu secara berulang² lantas kamu seenaknya ya. Kita juga harus jadi manusia yang  tau waktu, mau bergantian mengerti keadaan satu dengan yang lainnya, bukan yang inginnya didengar dan dingertiin selalu. Jangan ya dek ya... Dya hanya manusia biasa lho, kalo sudah tidak dihargai ya dya akan cabut dari hidup lo. 

Jika itu terjadi, siapa yang rugi? Yaps kita. Dya mah asik² aja karna beban hidupnya berkurang karena sudah terlepas dari drama yang selalu keluar dari mulut kita. Teman dya banyak, jadi kalo hanya kehilangan teman macam kita mah ga akan ada ngaruhnya di hidupnya. Dya akan tetep happy dengan hidup dan segala perjuangannya. Kitalah yang justru akan gigit jari, karena terlena tidak merawat pertemanan dengan dya hanya lantaran dya mau diapa²in juga sabar ngadepin kita. Sekali lagi, dya hanya manusia. Ketika usaha dan perjuangannya tidak dihargai ya bye.. Nangislah kitanya... 


Buscar

 
Healthy Happy and Wealthy Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger