Entradas populares

Sorry, your informatiom too much

Benar anda itu kaya Nona, betul anda itu hebat Tuan, setuju anda itu populer Nyonya. Namun, tidak semua kehebatan anda ingin aku dengar lho, tidak sedikitpun kisah asmara anda ingin ku ketahui, tidak sejengkal gaya hedon anda mengusik mu lho. Buat apa sih ya cerita kehebatan anda? Fix anda sudah kaya, populer, membahana, tak terbantahkan kesempurnaan anda, lantas gunanya untuk apa anda cerita ini itu kesaya? Ingin validasi kah? Hey manusia yang hobi pamer, tanpa anda mencari validasi ke orang², anda sudah paling keren kok. Jangan sampai dengan ketidakpekaan anda terhadap respon lawan bicara anda, membuat mereka muak. 

Beli excavator kirim foto, laptop baru kirim poto, beli rumah kirim poto, beli handphone keluaran terbaru kirim poto, beli gunung mas kirim poto, dll. Hey aku ga butuh informasimu ges. Stop share your happiness. Bukannya aku iri, aku hanya muak karna aku ga butuh informasi tersebut. Ga ada hubungan sama sekali dengan diriku.

Hey sudahi sikap egoismu jika kamu masih ingin punya teman. Kamu manusia biasa yang ada jatahnya untuk jatuh. Jangan merasa selalu di atas angin yang seolah takdir selalu berpihak padamu. Jangan sampai karna egomu ini, orang² yang awalnya tidak memiliki iri hati sama kamu menjadi muak dan menghindarimu. 



Pikirkan saja hidupmu

Hargai jika orang-orang masih mau bersama kita, nyatanya penyesalan hanya akan hadir di akhir tatkala semuanya semua sudah tak mampu utuh lagi. Jaga hubungan baik dengan keluarga, saudara, teman, bahkan tetanggamu dengan sekuat tenagamu. Kita tidak bisa hidup sendiri, namun bukan berarti kita harus mengorbankan diri kita atas nama bertahan karna menjaga hubungan baik itu. 

Jika dirasa teetanggamu sudah mulai meresahkan, sudah mulai iri dengki, dan hobi mencari kesalahan maka ambil sikap.  Jika temen kerjamu sudah mulai resek, hobi merendahkan, dan gemar menebar fitnah maka set your bounderies. Jika saudaramu hobi pinta uang, gemar merepotkan, curhat tak kenal waktu maka pasang perisai diri, bahkan jika keluargamu tidak tau diri, menuntut, dan tidak kenal terima kasih maka mundur selangkah-lah.

Kita di desain Tuhan untuk memilih hidup bahagia, tentram, dan tenang. Jika mereka orang terdekat kok malah biang dari masalah yang mengganggu ketenanganmu maka plis bersikaplah dan pasang jarak. Tidak bermaksud memutus silatuhmi, namun untuk menyelamatkan mental supaya tetap waras dalam menjalani hidup. Egois boleh demi ketentraman hidup. Kita tidak memiliki kewajiban untuk membuat mereka happy. Kitalah yang berkewajiban memikirkan kebahagiaan diri kita masing-masing.

Orang lain bebas mengusik ketenangan kita, namun kita wajib menyaring hal tersebut untuk masuk-tidaknya di dalam hidup kita. Jika kita tidak menginjinkan hal menyebalkan tersebut masuk di hidup kita, maka semua akan running well. Sebaliknya, jika kita menginjinkan maka hidup kita akan ribet dan chaos karena ulah orang-orang yang tidak mampu memahami batasan atar manusia.

Sayangi diri yuk, plis. Kali ini egois diperbolehkan. Biarkan orang lain ruwet dengan masalahnya sendiri, ya masalah yang dibuat sendiri. Cukup berhubungan baik, sebatas baik saja sebagai manusia. Cukup kemarin tidak pintar karena suka dimanfaatkan orang lain. Cukup kemarin waktunya dihabiskan untuk mengurusi urusan orang lain. Cukup kemarin tenaganya dihabiskan untuk memikirkan hal-hal yang tidak sepenting itu. Ya. sudah waktunya mencintai diri sendiri,.

Bare minimum as a friend

Masih ingat jelas suara percakapan dua sahabat di cafe sore itu tentang batasan dalam berteman. Tidak bermaksud untuk nguping pembicaraan namun suasan cafe kala itu sepi, hanya ada mereka dan aku saja. Tak ada yang kebetulan di muka bumi ini, pun sama kenapa aku tertakdir bertemu dengan mereka. Ada hal penting yang mengiang-iang di kepala,... "setidaknya dalam berteman itu jangan membebani, lah dya enak banget tiap hari curhat sama kamu, dya plong uneg²-nya terlampiaskan, lantas apa kabar kamu? Tiap hari bebannya nambah. Pertemananmu itu fix udah ga sehat".

Baik bukan berarti halal untuk dimanfaatkan

Sebaik hubunganmu dengan temanmu akan cepat berakhir jika dari keduanya tidak ada kata menghargai. Dya baik, bukan berarti tempat pembuangan emosimu everytime and everywhere. Sebaik apapun dya manusia biasa yang punya batas. Kamu telpon ga ingat waktu, dya angkat. Kamu curhat yang itu2 aja, dya tetep menasihatimu. Kamu tantrum ga jelas, dya tetap sabar. Hey manusia dewasa, jangan hanya karna dya selalu ada di pihakmu, lantas membuatmu seenaknya saja memperlakukannya ya.


Egois boleh tapi jangan keterlaluan

Gass curhat dengan tidak mempedulikan temannya sedang apa, kondisinya bagaimana, suasana hatinya macam apa. Mungkin untuk waktu tertentu, masih akan ditemeni namun jangan berharap banyak ya karena setiap manusia itu punya masa or limitnya. Terlebih jika kamu tipe orang yang egonya sangat tinggi. Intinya hanya ingin dimengerti namun enggak mengerti balik. Waduh, jangan dong. Ingat ya setiap orang itu sibuk, ga ada orang yang nganggur. Tidur-pun adalah bentuk dari jenis kesibukan manusia di jagad ini. Jika kamu sudah diberikan waktu banyak oleh temenmu, maka sebaik-baiknya orang ya menghargai. Jangan sebaliknya ya. Dya memiliki kesibukan tapi masih sudi mendengarkan kamu curhat, isn't a good friend?


Pertemanan itu dua arah, bukan searah

Katakanlah dya good listener namun bukan berarti dya mau menyimpan apapun sendiri. Ketika kejadian ini berulang bahkan sering, ketika temenmu ingin bercerita balik ke kamu, tapi responmu balasnya lama bahkan lupa balas sedangkan kamu sudah baca pesannya dengan alasan ini itu kok rasanya keterlaluan ya ente. Terlebih ketika bertemu, temenmu lagi asyik bercerita tapi kamupun tidak luput asyik senyum2 sendiri sambil mainan handphone. Padahal yang memulai curhat adalah kamu, pas dya balik curhat kamu memperlakukannya seperti itu. Waaah jangan jahat ya. Jangan salahkan keadaan ya jika akan berubah.  


Berteman itu kedua orang bahkan lebih itu mampu SALING. Saling menghargai, saling memotivasi, saling suport, saling menguati, dan saling menginspirasi. Terlepas dari SALING tersebut, bare minimun pertemanan adalah tidak memberi beban ke temennya. Sesimpel itu sebenarnya. Jika, pertemananmu kok hanya menambahi beban hidup di setiap harinya, maka pertemananmu itu sudah tidak sehat. Carilah teman yang dapat menghargai kehadiranmu, teman yang paham kondisimu, teman yang mampu meng-influence mu, serta teman yang tidak memanfaatkan kebaikan hatimu. Salam sehat jiwa raga. 

Tempat pembuangan emosi

Kita sudah terbiasa mendengar istilah tempat pembuangan sampah, tapi kalo pembuangan emosi? Masih jarang ya? It's mean tempat curhat tp konteksnya ga peduli perasaan dan keadaan orang yang kita ajak curhat. Yaps egois. Membuang sampah aja kita dikenakan biaya karen memerlukan space untuk mengurai sampahnya, memilih sampah organik dan anorganik, bahkan untuk biaya para pekerja  atau pengepul sampah. Lantas bagaimana dengan orang yang membuang emosi? 

Manusia memang tidak bisa hidup sendiri, memerlukan orang lain untuk share kehidupan. Meskipun demikian, ada rule yang harus dipegang oleh setiap orang supaya hubungan baik antar manusia itu tidak mudah patah. Dua diantaranya adalah empati dan tidak egois. Empati dan egois memiliki keterikatan yang kuat, dimana kedua sikap tersebut membawa kita menjadi orang yang bijaksana. 

Bijaksana adalah dampak dari sifat yang muncul ketika kita mampu mengendalikan diri. Sekiranya kita sudah terlalu offside curhat ke orang lain maka sudahi, jangan gaspol hanya karna ia mendengarkanmu. Jangan kamu manfaatkan kebaikan temanmu untuk mendengarkan cerita yang sebenarnya sudah membuat temanmu muak. Terlebih ketika temanmu sudah memberikan tanda untuk stop, atau bahkan temenmu sudah bilang terang²an tidak ingin ikut campur. Yuk peka yuk.. 

Hubungan baik yang awalnya tercipta dapat hancur ketika tidak ada empati di dalamnya. Maunya di dengar terus menerus tanpa ada rasa bersalah. Wah mana ada manusia yang sanggup. Jangan egois. Jikapun kamu merasa tidak egois atas tindakanmu maka sudah dapat dipastikan temanmu lah yang akan undur diri. Dya akan tetap baik, dya akan tetap ada buat kamu, namun bukan jiwanya, hanya fisiknya. 

Menjadi tempat pembuangan emosi itu melelahkan. Terlebih jika cerita itu seputaran lingkaran setan yang ga bisa di urai, atau lebih tepatnya tidak mau mengurai. Sadar yuk lawan bicaramu juga punya hidup yang sedang diperjuangkan lho, jangan sampai kamu jadi penghambat hidup orang lain, penambah beban hidup orang lain, dan membuat orang lain muak dengan kelakuanmu. 

Ilustrasinya adalah sebuah baskom untuk menampung sampah emosimu. Disela² hidupnya yang ga mudah, ia terus menerus dijejali oleh sampah² emosimu, saat baskom masih kosong, masih ok. Lantas kalo baskomnya sudah penuh? Sampahnya bagaimana? Tentu akan menganggu kan, bakal berceceran kemana², mengganggu ketenangan hidup temanmu, membuat muak emosi temanmu, dan yang jelas akan mengancam hubungan baik itu. Yuk normalisasi untuk bertanggung jawab atas hidup kita masing². Setiap tindakan pasti ada resiko, setiap pilihan pasti ada konsekuensi. Yuk hiduplah sedewasa umur yang sudah kita miliki. 

Ketika kamu hanya dianggap audien bukan teman

Dari judul yang ada terlihat ada  sesuatu yang mengganjal kan ya? Apa hubungan antara audien dan teman?.  Ada tipe karakter yang hobi membuang emosi apapun ke temannya sekaligus hobi pula memamerkan pencapaiannya ke orang yang sama. 

Diterima bukan berarti seenaknya

Ketika kamu diterima oleh temanmu, segala macam emosimu diterima oleh temanmu bukan berarti kamu boleh memperlakukan dya seenaknya. Dya hanya manusia biasa, mungkin saat ini masih stay sama kamu namun bukan berarti akan selamanya. Manusia pada umumnya punya limit, bisa jadi bertahannya dya saat ini adalah proses penyusunan strategi untuk undur diri dari hidupmu secara perlahan. Jangan terlalu percaya diri bahwa dya akan menemanimu selamanya. 


Maunya dimengerti, tapi lupa situasi

Hidup manusia itu ber-layer, dan ga ada manusia yang ga ada masalah. Nah ketika kamu datang di hidup orang lain, mengganggunya dengan bercerita ini itu dan ditanggapi oleh temanmu secara baik, yuk plis jangan terus²an merasa nyaman atau menutup mata bahwa kamu itu sudah mengganggu waktunya. Kamu sudah mengurangi jam istirahatnya. Kamu sudah menyita ketenangannya. Boleh curhat tapi jangan berlebihan. Kamu yang punya masalah tapi temenmu harus memahami masalahmu. Jangan egois yaaa, mau sampai kapan seperti ini? 


Niatnya berbagi kabar, tapi lupa temannya punya hati

Ketika temanmu memiliki karakter tidak iri, happy if you happy bukan berarti kamu seenaknya bisa pamer pencapaian. Buat apa sih? Udah lah ga perlu validasi dari temenmu kok,  kamu itu udah keren, pinter, menawan. Fix cukup ya. Jangan sampai niatnya mau berbagi kebahagiaan tapi malah menyinggung perasaan temanmu. Ga nyinggung gimana, temenmu baru kekurangan uang, kamu secara langsung memameekan kehedonananmu. Temenmu baru susah makan, kamunya buang² makanan. Ga selalu orang stabil dalam kondisi baik lho.. 


Jika dilakukan secara terus menerus maka cepat atau lambat temanmu itu akan meninggalkanmu. Egomu sungguh tinggi, empatimu berasa ga ada karna kamu hanya ingin dimengerti. Susahnya pingin ditemeni, pencapaiannya pingin di validasi. Mana ada orang yang kuat? Jangan sampai, ketika temenmu memilih meninggalkanmu karena sudah muak lantas kamu playing victim ya, atas nama temenmu iri, temenmu berubah, maupun temenmu ga seasik dulu. Yuk koreksi diri dan hargai keputusan temanmu itu. Cari saja teman lain yang lebih baik dari temanmu itu, jika kamu menemukan maka kamu beruntung, begitu juga sebaliknya. Hargai keberadaannya selagi ada, ada bukan berarti selamanya, selamanya untuk menerima segala perlakuan yang kamu berikan padanya. 

Diri sendiri, first

Hai diri yang ada di depan cermin. Gimana hatimu? Gimana perasaanmu? Gimana keadaanmu? Ga selalu harus good kok. Hebat ya kamu, kamu masih mencoba bertahan sekuat tenaga setelah sekian lamanya ingin memberikan ketegasan pada diri untuk bersikap. Bukan karna kamu orang jahat, namun kamu harus melakukan itu untuk kebaikan dirimu sendiri. Sudah banyak cerita, air mata, nasihat, bahkan kesabaran yang kamu berikan dan semuanya itu zero. Ya, kamu selama ini denial alias terjebak pada paradigma " Dya pernah menolongku, dya baik sama aku". Bwoleeh kamu berfikir seperti itu, it's mean kamu orang yang tau diri, tau terima kasih. Hanya saja kasus ini beda. Kamu didatangi hanya ketika butuh saja. Telpon berdering ya hanya karna pingin curhat saja kan. Yuk resapi baik² pernyataanku ini dan stop untuk denial. 

Pertama, manusia pada dasarnya itu egois dan memiliki kepentingan. Hanya saja kita juga harus menggunakan logika, jangan sampai atas nama membalas kebaikan malah kamunya yang susah payah. Okelah kamu suka mendengarkan curhat orang lain, bukan berarti kamu boleh diperlakukan seenaknya dong datang pas butuh aja. Kedua, semua manusia itu semua sibuk, ga ada satupun yang luang. Ketika kamu dengan kesibukanmupun masih merespon curhat dya yang penuh dengan drama maka kamu itu sudah diatas rata-rat baiknya. Nah dalam hal ini letak kesalahanmu adalah menganggap dya akan sama ke kamu. Nyatanya enggak kan, walo dya sudah baca chat kamu tapi seringnya slow respon dan kadang lupa balas pesanmu kan, come on jangan denial, tau kan kamu harus apa?

Ketiga, kamu harus sadar bahwa kamu ga harus bertanggung jawab atas kebahagiaan orang lain kok. Misalpun kamu ga merespon curhatan dya pun ga masalah, kamu ga salah, kamu ga dosa. Terlebih jika backgroundnya seperti ini. Tolong-lah perhatikan dirimu sendiri sekarang. Apa iya kamu akan bertahan terus menerus dengan orang yang egois. Yuk sayangi dirimu sendiri. Kamu ga lupa kan kalo kamu tu punya banyak teman baik. Yuk fokus sama orang yang memang bener-bener tulus sama kamu, skip orang-orang yang nguras energi baikmu. Hidup mereka bukan tanggung jawab kita. Oke...

Keempat, udah ga jaman kali menyeret orang lain masuk dalam drama kehidupan yang kita miliki. Yuk perbesar empati supaya kita jadi orang yang tau diri. Hidup kita ya tanggung jawab kita. Apa iya kita akan merepotkan hidup mereka terus menerus? Memang kita tidak dapat hidup sendiri, tapi kita juga harus kontrol diri supaya tidak menjadi orang yang nyebelin alias too much. Bisa jadi kan mereka itu punya masalah besar yang melebihi masalah yang kita punya tapi mereka silent tak seberisik kita. Yuk pertebal empati, bukan egoisnya.


It's oke jika kamu marah diperlakukan seperti ini, ga papa jika kamu merasa eneg dan ingin muntah, dan boleh sekali jika kamu ingin menepi. Yuk jadi orang baik versi bare minimum aja. Orang yang happy melihat temannya happy, saling suport, dan tidak ada iri dengki. Sudah saatnya kamu berkaca dari hal yang kamu alami sekian lama ini untuk mengutamakan kebahagiaan diri sendiri. Yang terjadi jadikan pengalaman untuk pijakan lebih bijak ya, Plis pinter yuk pinter.. 

Evolusi diri

Sejak dari waktu muda memang sering dijadikan tempat curhat oleh orang². Ada rasa happy karna bisa bermanfaat, ngasih masukan, atau setidaknya membantu yang bersangkutan mengeluarkan uneg². Di umur yang sudah banyak ini, pengalaman jadi tempat curhat itu sangat beragam dan kompleks. Tapi akhir² ini baru ngalami rasa yang tidak bisa digambarkan dengan kata². Biasanya sih kalo ada yang curhat ya udah B aja, tapi entah mengapa saat ini, ketika ada yang curhat tentang topik yang sama dan berlawanan dengan value diri maka yang ada lelah, capek, energi hilang, pingin ngumpat, dan muak. 

Pernah suatu hari cerita ke temen tentang keadaan ini, dan jawaban sederhananya adalah "kita tidak bisa memaksakan value orang sama dengan value yang kita junjung". Kata dya, dalam kasus ini wajar jika eneg se-eneg-nya karena yang tejadi adalah hal yang tidak seharusnya. Namun dari keadaan yang parah itu, patut kamu syukuri hal tersebut bukan kamu yang ngalamin, "pungkasnya". 

Beragam cara udah dicoba supaya berhenti ngomongin topik yang sama secara berulang. Susah sekali untuk pura² happy mengingat value-nya berbeda jauhnya. Singkat kata keadaan pahit itu membawa ke dalam fase evolusi diri. Membatasi menjadi tempat sampah pembuangan emosi, membatasi hal yang tidak penting untuk di dengar, mengurangi berinteraksi yang akan menyerap energi positif kita, memperdalam value diri, dan menerapkan batasan yang jelas. 

Dampak evolusi diri akan terlihat menjadi pribadi yang berbeda, but it's better than before. Lebih baik menyelamatkan mental dan lebih mencintai diri sendiri daripada menjadi badut bagi kehidupan orang lain. Tentu, ia akan seneng uneg²-nya tersalurkan, namun bagaimana dengan lawannya? Sudah cukup menjadi tempat pembuagan emosi, kini saatnya menjadi manusia yang lebih menyayangi diri sendiri. Biarlah ia bertanggung jawab terhadap pilihannya. Kebahagiaan dan kesedihan hidup seseorang bukan tanggung jawab kita. So, fokus pada diri sendiri saja, bahagiakan diri, dan batasi mengurusi yang bukan urusan kita. 
*Salam sehat jiwa raga

Buscar

 
Healthy Happy and Wealthy Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger