Sejak dari waktu muda memang sering dijadikan tempat curhat oleh orang². Ada rasa happy karna bisa bermanfaat, ngasih masukan, atau setidaknya membantu yang bersangkutan mengeluarkan uneg². Di umur yang sudah banyak ini, pengalaman jadi tempat curhat itu sangat beragam dan kompleks. Tapi akhir² ini baru ngalami rasa yang tidak bisa digambarkan dengan kata². Biasanya sih kalo ada yang curhat ya udah B aja, tapi entah mengapa ketika ada yang curhat tentang topik yang sama dan berlawanan dengan value diri maka yang ada lelah, capek, energi hilang, pingin ngumpat, dan muak.
Pernah suatu hari cerita ke temen tentang keadaan ini, dan jawaban sederhananya adalah kita tidak bisa memaksakan value orang sama dengan value yang kami junjung. Kata dua dalam kasus ini wajar jika aku eneg se eneg mungkin karna memang yang tejadi adalah hal yang tidak seharusnya namun dari keadaan yang parah itu, patut kamu syukuri hal tersebut bukan kamu yang ngalamin, pungkasnya.
Beragam cara udah dicoba supaya temen yang curhat berhenti untuk ngomongin topik tersebut. Susah sekali ternyata untuk pura² ikut happy mengingat value diantara kita sebegitu jauhnya. Singkat kata keadaan pahit itu membawaku ke dalam fase evolusi diri. Membatasi menjadi tempat sampah pembuangan emosi, membatasi hal yang tidak penting untuk di dengar, mengurangi berinteraksi yang akan menyerah energi positif kita, memperdalam value diri, dan menerapkan batasan yang jelas.
Dampak evolusi diri akan terlihat menjadi pribadi yang berbeda, but its better than before. Lebih baik menyelamatkan mental dan lebih mencintai diri sendiri daripada menjadi badut bagi kehidupan orang lain. Ia akan seneng uneg² nya tersalurkan, lha apa kabar saya? Sudah cukup saya menjadi bodoh, kini saatnya menjadi manusia yang lebih menyayangi diri sendiri. Biarlah ia bertanggung jawab terhadap pilihannya. Kebahagiaan dan kesedihan hidup seseorang bukan tanggung jawab kita. So, fokus pada diri sendiri saja..